Selasa, 11 Mei 2010

Sejarah dan Perkembangan Sepeda



Sepeda, alat transportasi yang paling sederhana diantara alat2 transportasi lainnya. Tidak menggunakan mesin sehingga banyak juga orang menyebutnya dengan sebutan "Kereta Angin". Beberapa waktu ini di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung Semarang dan kota2 besar lainnya kembali banyak mewabah komunitas pengguna sepeda ini. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh aktivitas masyarakat diperkotaan yang sudah memasuki titik jenuh yang sangat parah dalam penggunaan kendaraan bermotor. Kejenuhan ini timbul akibat dari kemacetan diwilayah perkotaan yang dari hari ke hari semakin parah dan mulai memasuki titik kritis. Penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi juga adalah sebuah bentuk kepedulian dari segelintir individu2 yang merasa bahwa kerusakan alam yang disebabkan oleh polusi dari pembuangan gas kendaraan bermotor yang kian hari kian parah.




Dari beberapa literatur yang tersedia, tersebutlah bahwa nenek moyang sepeda berasal dari daerah Perancis, dimana masyarakat di negara tersebut telah mengenal alat transportasi ini sejak kira2 abad ke-18 dengan nama Velocipede.



Namun sampai saat ini kejelasan mengenai Velocipede ini masih simpang siur, ada yang berpendapat bahwa saat itu Velocipede belum menggunakan engkol dan pedal serta masih menggunakan kayu sebagai bahan dasarnya. Ada juga sebagian orang yang berpendapat bahwa pada saat itu, sepeda (velocipede) telah mengenal dan menggunakan engkol serta pedal dan juga sudah menggunakan bahan dasar besi untuk membangun frame (Sassis).


(Gambar disamping adalah contoh cikal bakal sepeda saat ini)


Gambar disamping ini adalah bentuk dari velocipede yang telah berevolusi dan diberikan nama Velocipede Boneshaker. Pada gambar ini terlihat bahwa sepeda yang digunakan pada masa itu telah menggunakan pedal sebagai media penggerak sepeda.
Dengan lingkar roda belakang menggunakan ring 28" sedangkan roda depan menggunakan ring berdiameter 34". Kedua ukuran lingkar roda ini dirasa yang paing masuk akal sehingga bagi si pemilik dan penggunanya tidak perlu repot ketika mengendarai sepeda ini. Karen kedua ukuran lingkar roda dirasa masih termasuk dalam ukuran normal dan kaki si pengguna masih bisa menjangkau tanah ketika berhenti atau ketika awal memulai pergerakan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar