Kamis, 26 Juli 2012

Catatan kecil dalam keheningan

Hari masih dini manakala aku berjalan keluar dari bilik kantor untuk sekedar menikmati segelas kopi dan sebatang rokok kretek. Yup tatkala ku lihat jam dinding yang menempel di salah satu sudut ruang kantorku, jam tersebut menunjukan waktu jam 2 pagi lebih 10 menit..

Masih ada satu setengah jam lagi sebelum aku keluar mencari makan untuk lauk santap sahur nanti..

Sekedar merenungi arti dari hidup ini, hasil dari mendengarkan sebuah tausiah dari pengajian yang rutin di gelar selama Bulan Ramadhan ini.

Salah seorang ustadz yang menjadi pembicara pada kala itu berkata bahwa tak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini, semua telah digariskan oleh Sang Khalik, pencipta jagad semesta. Jodoh, rezeqi dan maut telah diatur oleh-Nya.Sedikit tergelitik untuk bertanya lebih lanjut, jika memang kebetulan itu tak ada, mengapa Allah memberikan garis batas antara baik dan buruk..

Apakah Allah juga yang menentukan seorang menjadi baik atau buruk, ahli surga atau neraka..

Lalu jika memang Allah yang telah menentukan garis kehidupan seseorang, mengapa tidak diciptakan-Nya hanya garis yang baik saja, agar dunia ini bisa berjalan dengan damai dan tenteram.

Namun selalu ada hikmah di balik setiap penciptaan jagad raya ini, Allah memang telah menciptakan garis kehidupan untuk manusia beserta pilihan garis yang lainnya. Manusia diberikan kebebasan oleh Allah katakanlah mereka mau bertahan di jalan-Nya atau memilih jalan yang lain..

Layaknya seorang yang berkendara di jalan raya, ada banyak rintangan yang akan ia hadapi, macet, jalan rusak, semrawut dll.. Dia bebas memilih untuk tetap bertahan di jalan tersebut atau memilih jalan yang lain untuk mencapai tujuannya..

Analogi jalan raya ini adalah garis nasib yang telah diberikan oleh Allah,

1. Jalan raya adalah garis nasib utamanya.
2. Jalan tikus adalah garis nasib alternatif yang dia pilih sebagai pilihannya dalam menjalani hidup.   

Pertama ada orang yang pasrah dan mengikuti jalan utama, karena baginya jalan inilah yang telah disediakan oleh Allah dan harus dijalaninya dengan sabar.

Kedua adalah orang yang tidak mau berpasrah pada nasib lalu mencoba jalan lain yang berbeda, meski tetap berpegangan pada rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai pedoman untuk mencapai ridho-Nya.

Ketiga adalah orang yang sama dengan tipe nomer dua, namun tipe ini tidak mengindahkan rambu yang telah Allah tetapkan, asal trabas seenaknya. Ada beberapa yang tiba di tujuan namun ada pula yang gagal lalu malah jauh tersesat di garis nasibnya.

Allah berfirman dalam Qur'an : "Dan sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri." (QS Ar-Ra'du : 11).


Allah memang telah menentukan garis nasib kita, namun Dia tetap memberikan kebebasan bagi kita untuk memilih arah garis nasibnya sendiri karena hakikat penciptaan manusia adalah untuk menjadi khalifah yang menjadi penyelenggara kehidupan di muka bumi ini.
 
Sekarang tergantung bagaimana kita menentukannya.
 
Wassalam
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar